Minggu, 16 Oktober 2011

Regenerasi Dan Kaderisasi Sesuai Firman Tuhan

Regenerasi Dan Kaderisasi Sesuai Firman Tuhan

 
Sebagai orang tua, kita mengemban tugas untuk mendidik anak-anak kita sejak masa kanak-kanak, saat menempuh pendidikan formal di sekolah sampai mereka akil balig. Perlu diketahui bahwa pendidikan yang kita berikan tidak hanya terbatas pada rupa-rupa ilmu pengetahuan dan ketrampilan atau skills saja. Firman Tuhan dalam Amsal 22:6 menasihati kita, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang daripada jalan itu.”  Jalan manakah yang dimaksud oleh Amsal ini? Sebagai orang tua, kita masing-masing pasti memiliki pengalaman hidup. Apa yang kita lakukan di masa lalu dapat diartikan sebagai jalan yang sudah kita lewati.

Jalan itulah yang dapat kita ajarkan kepada anak-anak kita.

Salah satu contoh, saat kita mengajak anak-anak kita ke sekolah minggu atau ke kebaktian remaja dan kaum muda, kita sebagai orang tua sudah terlebih dahulu melewati jalan itu; artinya kita memiliki pengalaman membawa diri kita kepada Tuhan melalui ibadah-ibadah di gereja kita.

Dengan demikian kita dapat meyakinkan anak-anak kita bahwa mereka sedang menempuh jalan yang tepat. Kitapun dididik Firman Tuhan sehingga kita dapat menemukan ’Jalan, Kebenaran dan Hidup’ di dalam pribadi Tuhan Yesus Kristus! Dialah Pribadi Firman Allah yang harus kita ajarkan kepada anak-anak kita dan Yesuslah satu-satunya jalan, tidak ada yang lain.

Dalam 2 Timotius 3:14-17, Rasul Paulus berpesan kepada Timotius seorang murid-nya yang masih muda untuk mengingat kembali masa-masa lalu yang pernah dialaminya. Disebutkan bahwa Timotius harus ”tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu.” Rasul Paulus menginginkan supaya Timotius tidak ’menyimpang’ atau memilih jalan lain yang bertentangan dengan ajaran yang telah diterimanya selama ini. Rasul Paulus bahkan lebih jauh mengingatkan Timotius, ”Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci.”

Tampak jelas bahwa Rasul Paulus sangat berharap Timotius dapat melanjutkan semua perjuangannya dalam memberitakan Injil.

Bagi kita saat ini, sering kita menggunakan kata regenerasi. Sebagai kehidupan yang sudah lanjut umur, kita seharusnya merenungkan hal berikut: siapa yang akan melanjutkan perjuangan kita dalam melayani Tuhan? Secara jasmani, merupakan hal yang wajar jika seorang ayah menginginkan putra putrinya melanjutkan usaha atau bisnis yang dimilikinya. Alangkah kecewa hati orang tua jika ternyata putra-putrinya tidak mau menjadi penerus usaha orang tuanya. Namun pandangan kita harus lebih fokus kepada perkara rohani, tidak terbatas pada perkara jasmani!

Kalimat ”dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci”  yang diucapkan Rasul Paulus harus menjadi perhatian kita saat ini. Kalimat itu mengandung arti bahwa Timotius sudah dididik untuk mengenal Kitab Suci sejak kecil! Hasil didikan sejak kecil, setelah bertumbuh remaja dan menjadi dewasa, Timotius menjadi pemuda yang siap menerima tongkat estafet dari Rasul Paulus!

Marilah kita melihat beberapa contoh di dalam Alkitab tentang kehidupan yang dipersiapkan untuk menjadi penerus, dilihat dari proses pendidikan sejak kecil, peran orangtua, dan hasilnya.

1.       Musa (Keluaran 2:1-4,7-10)
Kisah dalam Alkitab tentang Musa sangatlah terkenal. Marilah kita merenungkan kisah ini dengan  menempatkan diri pada posisi sebagai orang tua Musa. Sebagai orang tua yang hidup di zaman itu – saat  Israel dalam perbudakan di Mesir dibawah siksaan dan ancaman hukuman mereka seakan-akan tidak memiliki pengharapan bagi masa depan Musa. Berdasarkan perintah Firaun, anak-anak lelaki harus dibuang ke dalam sungai Nil. Ini berarti Musa tidak mempunyai kesempatan untuk hidup apalagi sebagai generasi penerus. Itulah kondisi yang dihadapi orang tua Musa saat itu!

Namun sungguh luar biasa rencana Allah! Sewaktu Musa diangkat menjadi anak angkat putri Firaun, timbullah sedikit harapan mengenai masa depannya, karena mungkin saja Musa akan menjadi penguasa Mesir menggantikan Firaun. Tetapi Allah memiliki rencana lain!

Musa harus mengalami berbagai macam proses sampai akhirnya ia menjadi pemimpin bangsa Israel keluar dari Mesir! Melalui fakta dalam Alkitab, kita menyaksikan suatu proses awal dari mana Musa memperoleh perasaan ’kebangsaan’nya sebagai orang Ibrani.

Musa mengalami proses awal: cinta kasih di dalam keluarganya! Kesempatan orang tua Musa untuk menanamkan cinta kasih mereka melalui perhatian dan air susu yang diminum bayi Musa begitu singkat, hanya sekitar tiga bulan tetapi mereka memanfaatkan waktu itu sebaik-baiknya. Setelah tiga bulan berlalu, mereka tidak lagi dapat menyembunyikan Musa.

Sekalipun demikian, mereka tetap berusaha menyelamatkan Musa dengan satu tindakan penuh resiko yaitu menghanyutkan bayi Musa di sungai Nil. Miryam kakak Musa tidak berdaya untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seandainya bayi Musa mengalami peristiwa yang dapat mengancam keselamatan jiwanya, misalnya menjadi mangsa buaya di sungai Nil.

Bagaimanapun juga, bayi Musa tetap diawasi dari jauh oleh Miryam. Selanjutnya kita membaca bagaimana tangan Allah menyelamatkan Musa! Setelah putri Firaun menemukan Musa, Miryam atas dorongan cintanya pada Musa menawarkan bantuan untuk mencari inang penyusu bagi Musa dan dia memanggil ibu mereka sendiri. Akhirnya bayi Musa disusui oleh ibunya sendiri. Inilah bentuk cinta kasih orang tua dan keluarga yang dialami Musa! Musa menerima pendidikan: sikap mencintai keluarga!

Walau kemudian Musa dikembalikan kepada putri Firaun dan mendapat didikan berbagai macam ilmu orang Mesir, rasa ’kebangsaan’nya tetap muncul saat Musa berinteraksi dengan orang Ibrani! Dari mana semua itu berasal? Mengapa Musa tidak goyah meski dia sudah menerima segala macam tata cara, adat, kebudayaan, dan ideologi orang Mesir? Oleh karena orang tua dan keluarganya telah menanamkan cinta kasih mereka kepada Musa! Di dalam diri Musa telah tertanam jiwa orang Ibrani!

Inilah yang harus kita lakukan jika kita rindu memiliki generasi penerus yang kuat dalam iman kepada Kristus: memberikan cinta kasih dan air susu yang murni, itulah pengajaran Firman Tuhan  kepada mereka! Ciptakan komunikasi yang baik dengan generasi penerus dan tanamkan semangat untuk mempertahankan kesatuan serta keutuhan di dalam sidang jemaat sebagai sesama anggota tubuh Kristus!

2.       Samuel (1 Samuel 1:20-21,26-28)
Bagi Samuel, peranan ibunya sangat dominan. Namun kita menemukan satu pribadi lagi yang berperan dalam mendidik Samuel, itulah Imam Eli, walau dia gagal mendidik anak-anaknya sendiri. Sebagai seorang ibu, Hana telah berdoa dengan sungguh-sungguh memohon kepada Allah untuk dikaruniai seorang anak. Saat membawa Samuel kepada Imam Eli, Hana masih berada di dalam kegiatan doanya. Bahkan dia menyatakan kepada Imam Eli bahwa Samuel adalah berkat dari Tuhan yang diminta dalam doa-doanya selama itu. Sangatlah penting peranan ibu (orang tua) untuk mendoakan anaknya secara berkelanjutan / kontinyu!

Hasilnya, setelah Samuel bertumbuh besar, dia menjadi seorang anak yang disenangi Allah. Hal itu tidak sulit untuk diprediksi karena Allah melihat ke dalam batin Samuel. Bahkan dalam hubungan horisontal, Samuel juga disenangi oleh orang-orang di sekitarnya (1 Samuel 2:21,26). Marilah kita mencontoh apa yang telah dilakukan oleh Hana, yaitu percaya bahwa anak-anak kita adalah suatu berkat, warisan, harta mahal yang berasal dari Tuhan (bnd. Mazmur 127:3)! Hana juga memiliki sikap menjaga pernikahannya walau pada awalnya
dia tidak memperoleh keturunan (=anak), dia tetap tekun berdoa memohon pertolongan Tuhan hingga akhirnya Tuhan memberkati pernikahan mereka dengan keturunan! Hana juga senantiasa mendoakan anak-anaknya! Inilah poin ke-2 : jangan berhenti mendoakan anak-anak kita!

3.       Timotius (2 Timotius 1:1-2, 5)
Iman yang dimiliki oleh Timotius bukanlah iman yang otomatis atau langsung ditransfer dari nenek dan orang tuanya. Iman Timotius tumbuh melalui proses melihat praktik iman nenek (Lois) dan ibunya (Eunike). Yakobus menyatakan bahwa ”iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati” (bnd. Yakobus 2:20). Dengan menjadi saksi iman ibu dan neneknya, iman Timotius bertumbuh dewasa. Walaupun ibu Timotius menikah dengan orang Yunani, iman Timotius tetap kuat karena dia menghargai keselamatan lebih dari yang lainnya.

Apa hasil dari iman Timotius? Kisah Para Rasul 16:1-2 menulis: ”Timotius ini dikenal baik oleh saudara-saudara di Listra dan Ikonium”.

Di dalam bahasa Mandarin, kata ’baik’ ditulis dengan kata ’memuji dia’; berarti Timotius telah menjadi seorang pemuda yang pantas menerima pujian dari orang-orang di sekitarnya. Dalam hal apa? 1 Timotius 4:12 menulis, ”dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu”.

Iman Timotius tentu juga mengalami ujian tetapi dia mendapat kekuatan luar biasa dengan melihat contoh iman orang-orang yang mengasihinya, yaitu ibunya, neneknya dan Rasul Paulus! Marilah kita memberikan contoh teladan bagi generasi penerus kita: praktik iman, yaitu iman yang dilanjutkan dengan perbuatan iman!

4.       Tuhan Yesus (Lukas 2:49-52)
Yesus sebagai Anak Manusia juga meng-alami pendidikan dari orang tua jasmani-Nya, Yusuf dan Maria. Dalam kisah di Lukas ini, sebagai Manusia, Yesus bertumbuh menjadi seorang yang berkenan kepada Allah (vertikal) dan kepada sesama-Nya (horisontal).

Kita melihat pada tiga contoh sebelumnya betapa penting peran ayah-ibu, kakek-nenek, Imam Eli (gereja) dalam membina pertumbuhan iman  remaja dan kaum muda. Namun Yesus seolah-olah mengabaikan orang tua jasmani-Nya dan melakukan suatu terobosan yang sepertinya melanggar aturan ibadah tradisional waktu itu. Yesus tidak mau berhenti pada kegiatan ritual ibadah Paskah saja, namun mengajak orang tua-Nya untuk berpandangan lebih jauh. Dia rindu mereka dapat selalu memikir-kan perkara-perkara yang di atas.

Ibu-Nya merenungkan apa yang telah dilakukan Yesus.

Marilah kita orang tua jangan merasa sudah puas jika melihat anak-anak kita aktif dalam ibadahnya, misal: rajin ke kebaktian, rajin mengikuti acara-acara kerohanian, dst. walaupun hal itu sangat diperlukan. Kita harus meningkatkan kerinduan kita supaya anak-anak kita benar-benar bertemu dengan Allah – Yesus Kristus – secara pribadi!”

Itulah contoh-contoh kehidupan yang mengalami pendidikan dari orang tua mereka. Apa hasil yang mereka peroleh? Secara horisontal mereka menjadi pribadi yang berhasil: Musa menjadi pemimpin (atau bisa dianggap menjadi raja) bangsa Israel; Samuel berhasil menjadi nabi atau seorang pemberita Firman Tuhan; Timotius berhasil menjadi seorang pengajar seperti Rasul Paulus; dan Yesus menjadi seorang Gembala, Nabi, Guru, Rasul, Juruselamat bahkan Mempelai Pria Surga. Tetapi hasil yang lebih penting adalah mereka bertumbuh dengan baik,
berkenan di hadapan Tuhan dan manusia
!

Sebagai orang tua, kita harus berjuang untuk mendidik anak-anak kita sesuai dengan kehendak Tuhan! Mereka adalah generasi penerus yang bertugas meneruskan iman dan keselamatan yang telah kita terima dari Tuhan Yesus Kristus!

Amin.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More