Sabtu, 08 Oktober 2011

Bagaimana Seharusnya Kita Beribadah

Bagaimana Seharusnya Kita Beribadah


Manusia hidup bukan dari air dan roti saja, tapi juga dari setiap firman Tuhan. Renungan ringan ini dibuat agar kita makin bisa menghayati dan menikmati perjalanan kehidupan serta tetap berjalan teguh dalam kasih setiaNya.






Akhir-akhir ini, banyak gereja mulai memperhatikan "cara-cara beribadah" yang bervariasi supaya ibadah itu benar-benar bersemangat dan tidak terkesan kaku. Banyak gereja yang telah mengubah liturgi ibadah. Bahkan banyak pula jemaat yang merasa bosan dengan liturgi ibadah yang dianggap sudah kuno.(Khususnya bagi para pemuda dan remaja). Dampaknya ialah banyak yang mencari gereja lain yang menyajikan pujian-pujian dengan menggunakan perangkat alat musik keras. Barulah mereka merasakan apa ibadah itu.
Ada gereja yang mengutamakan khotbah dalam ibadah. Ada pula yang mengutamakan puji-pujian. Tetapi, ada juga gereja yang mengutamakan sakramen. Perdebatan akibat perbedaan ini membuat gereja tidak benar-benar memperhatikan makna ibadah itu.

I. ARTI IBADAH

Ada beberapa arti ibadah dalam Alkitab di antaranya:
  1. Sembah sujud (Kej 18: 2). Kata ini paling utama muncul dalam Alkitab, di mana Abraham sembah sujud kepada 3 orang yang dilihatnya.
  2. Mencium (Yoh 4 : 20 _ 24). Artinya rasa hormat dan taat kepada Tuhan. Ada satu perasaan ingin dekat dan mendengar serta menghormati Firman Tuhan.
  3. Liturgi (Mat 4 : 10 dan Ibrani 9 : 9 & 14) mempunyai arti pelayanan dalam ibadah dan satu tata cara ibadah yang tersusun
Dari kesimpulan di atas, bagaimanapun kita beribadah, kita harus mempunyai satu liturgi yang tersusun dan mempunyai rasa rindu ingin dekat kepada Tuhan, rasa hormat serta taat pada Firman Tuhan. Setiap jemaat dalam beribadah harus sopan dan hormat kepada Tuhan kita.


II. MENGAPA KITA HARUS BERIBADAH?

Dalam konteks ini, yang dimaksud ibadah di sini yaitu berkumpul bersama-sama untuk beribadah kepada Tuhan.
Tuhan menginginkan bangsa Israel ke luar dari tanah Mesir dengan satu maksud yaitu beribadah kepadaNya. Melalu ibadah ini, bangsa Israel bisa mengetahui siapa Tuhan yang mereka sembah dan percaya itu. Demikan juga kita. Kita beribadah bukan hanya satu formalitas saja, tetapi karena panggilan Tuhan, bahwa setiap orang yang sudah percaya untuk beribadah kepadaNya.
  1. Suatu perintah Tuhan (Kej 27)
  2. Hanya Tuhan yang layak disembah (Why 4 : 11 ; 5 : 12)
Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan Sang Pencipta yang Maha Kuasa. Dalam 10 Hukum Taurat dengan jelas Tuhan tidak ingin ada tuhan lain yang menggantiNya. Dengan demikian, orang yang percayalah baru bisa beribadah.


III. UNSUR-UNSUR DALAM SATU IBADAH (Kebaktian Umum)

Di dalam Alkitab, kita tidak mendapatkan unsur-unsur apa saja yang membawa bangsa Israel beribadah kepada Tuhan. Tetapi, di bagian depan tulisan ini kita mengetahui bahwa dalam ibadah (kebaktian umum) harus ada satu liturgi yang jelas yang menuntun kita untuk beribadah dari awal sampai selesai.

Dalam kitab Yesaya 6 : 1 _ 9a kita akan memperoleh unsur-unsur apa saja yang harus ada dalam satu ibadah.

Setiap umat Tuhan harus tahu bahwa datang beribadah karena Kemuliaan Tuhan sudah ada di dalam gereja. (II Taw 5 : 14); Kita beribadah bukan karena acaranya enak atau tidak, beribadah bukan karena memandang pengkhotbahnya bermutu atau tidak. Tetapi, kita ingin datang menghadap ke hadirat Allah, memuji kemuliaanNya. (II a & b). Jika demikian, bagaimana sikap kita menghadap Kemuliaan Allah? Beranikah kita terlambat datang? Bagaimana penampilan kita? Bagaimana persiapan kita dalam beribadah?

Kita harus jelas kepada siapa kita memuji, dengan begitu pujian itu baru berarti bagi kita. Di mana ada Kemuliaan Allah di situ pujian terjadi. Hal ini dapat kita lihat dalam kitab Wahyu. (Wahyu 15 : 1 _ 4 ). Jangan memaksakan diri memuji Tuhan, kalau kita belum tahu bahwa Tuhan sudah hadir (Kemuliaan Tuhan). Jika kita tahu bahwa Tuhan sudah hadir, maka dengan sendirinya pujian itu muncul dari hati dan mulut kita.

Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang maha Kudus sehingga kita tidak layak datang kepadaNya dengan penuh keberdosaan kita. Kita perlu minta pengampunan dosa terlebih dahulu supaya hati dan pikiran kita bisa berkonsentrasi penuh pada ibadah itu dan mengikutinya dari awal sampai akhir dengan baik.

Tuhan itu setia dan adil. Jika kita mengakui dosa kita dengan jujur di hadapanNya, maka Tuhan akan menyucikan kita dari segala kejahatan. (I Yoh 1 : 9)
  1. Penglihatan (Yes 6 : 1 )
  2. Pemujaan (Yes 6 : 3 )
  3. Pengakuan dosa (Yes 6 : 4 _ 5)
  4. Pengampunan dosa (Yes 6 : 6 _ 7)
  5. Panggilan Tuhan (Proklamasi) (Yes 6 : 8a)Dalam ibadah kita mendengar suara Tuhan, bukan suara manusia. Artinya setiap Firman Tuhan yang disampaikan, haruslah kita terima. Setelah itu kita harus menaatiNya. (I b)
  6. Dedikasi (Yes 6 : 8b) Kita harus memiliki sikap bahwa Firman Tuhan itu berbicara kepada setiap pribadi kita, bukan kepada orang lain. Setelah itu tindakan apa yang harus kita lakukan setelah mendengarNya? Firman Tuhan bukan untuk "enak didengar". Tetapi, harus ada respon yang jelas terhadap Firman Tuhan yang kita dengar.
  7. Tugas dan Pelayanan (Yes 6 : 9a) Jika kita memiliki sikap yang baik mendengar Firman Tuhan, maka kita akan mengetahui tugas dan pelayanan apa yang dapat kita lakukan untuk Tuhan. Ini yang Tuhan inginkan kta beribadah.
IV. CARA BERIBADAH YANG BAIK

Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita untuk beribadah dalam Roh dan Kebenaran. Untuk mencapai ibadah yang berkualitas kita harus meningkatkan kualitas Roh dan Kebenaran terlebih dahulu.dulu bukan hanya tata cara saja.

Matthew Simpson mengatakan ibadah orang Kristen buruk bukan karena acaranya yang buruk, tetapi hubungan diri pribadi kita dengan Tuhanlah yang buruk.. Saat ini jemaat beribadah, mereka inginkan tata caranya terlebih dulu. Kalau seleranya cocok, ibadah itu cocok dengan saya. Kalau seleranya tidak cocok, ibadah itu tidak cocok. Ibadah tidak berbicara soal selera. Ibadah berbicara tentang kerohanian seseorang.

Dengan cara apapun, jemaat harus tetap bersikap hormat dan takut akan Allah. Ibadah melibatkan semua jemaat yang hadir, bukan hanya bagi sekelompok orang yang memimpin ibadah saja.


V. KESIMPULAN
Kita harus belajar dari metamorphose ulat, kepompong menjadi kupu-kupu. Kupu-kupu itu memang indah, bukan karena ulat itu dipaksa memakai baju kupu-kupu sehingga nampak indah. Tetapi, dia harus melalui suatu proses yang cukup lama dari ulat menjadi kupu-kupu.

Ibadah akan menjadi baik, jika setiap pelayan dan jemaat mempunyai kerinduan datang menghadap Kemuliaan Allah dan ingin terjadi perubahan dalam diri sendiri untuk lebih dekat kepada Allah, lebih mengasihi Allah dan manusia.

Seorang dosen teologi pernah mengatakan ibadah ialah jikalau kita keluar dari pntu gereja hati kita ingin lebih mengasihi Tuhan dan sesama, ingin kerohanian lebih baik, ingin melayani lebih baik. Itulah ibadah yang benar.


(GI Jonathan Tanujaya B.C.M)


Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More